Tubuh Terasa Panas Tapi Tidak Demam, Ternyata Ini Penyebabnya!

Rabu, 18 Oktober 2023 | Safecare Admin



penyebab-badan-terasa-panas-tapi-tidak-demam

Tubuh Anda pernah mengalami momen ketika suhunya meningkat secara signifikan, dan kulit Anda terasa hangat atau bahkan panas yang tinggi, bukan? Jika Anda mengalami sensasi ini pada saat tertentu, itu adalah tanda bahwa suhu tubuh Anda sedang berada di atas ambang normal. Terdapat beragam faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini, dan utamanya adalah demam yang tinggi yang muncul sebagai akibat dari infeksi. 

Namun, ada kondisi lainnya di mana tubuh terasa panas juga bisa disebabkan oleh situasi-situasi non medis yang berbeda, bahkan jika Anda tidak mengalami demam sekalipun. Oleh karena itu, memahami alasan mengapa hal itu terjadi sangatlah penting.

 

1. Melakukan Olahraga Berlebih

Dikutip dari Journal The National Academies Press, tubuh manusia menjadi panas setelah berolahraga melebihi batas karena adanya beberapa faktor fisik dan biokimia yang terlibat dalam proses ini. Ketika seseorang berolahraga intensitas tinggi atau melebihi kapasitas fisiknya, tubuh mengalami berbagai perubahan yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Salah satu faktor utama adalah peningkatan produksi panas internal. Ketika otot-otot bekerja keras, mereka menghasilkan panas sebagai hasil dari kontraksi dan metabolisme yang lebih cepat. Selain itu, aktivitas jantung yang meningkat selama olahraga juga meningkatkan sirkulasi darah, mengirimkan lebih banyak darah dan panas ke seluruh tubuh.

Selain itu, tubuh juga mengatur suhu melalui proses pengaturan termoregulasi. Ketika suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat aktif mengeluarkan keringat yang menguap dari kulit, mengambil panas bersamanya dan meredakan suhu tubuh. Namun, jika olahraga berlebihan atau kondisi lingkungan panas dan lembab, proses ini mungkin tidak cukup efektif dalam menjaga suhu tubuh tetap stabil.

 

2. Mengonsumsi Makanan Pedas

Capsaicin adalah senyawa aktif yang terdapat dalam cabai, senyawa ini berinteraksi dengan reseptor spesifik yang disebut reseptor TRPV1 (Transient Receptor Potential Vanilloid 1) yang terletak pada saraf-saraf perifer, yang terletak dalam mulut dan sistem pencernaan.

Dilansir dari Scientific American, ketika capsaicin berinteraksi dengan reseptor TRPV1, ini memicu respons tubuh yang menciptakan sensasi panas. Reseptor ini secara otomatis mendeteksi suhu tinggi, dan tubuh akan mengartikulasikannya sebagai hawa panas. Respons ini mengirim sinyal ke otak bahwa tubuh sedang mengalami suhu yang tinggi, sehingga tubuh mulai merespons dengan cara meningkatkan aliran darah ke kulit dan merangsang kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat sebagai upaya untuk mendinginkan tubuh. Inilah mengapa tubuh Anda akan berkeringat kepanasan setelah mengonsumsi makanan pedas.

 

3. Terdapat Komplikasi Diabetes

Tinjau dari Ford Brewer, M.D. dari Imaware Provides Laboratory, Ketika terjadi komplikasi diabetes, tubuh dapat mengalami peningkatan suhu atau perasaan panas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terkait dengan gangguan metabolisme yang mendasari penyakit diabetes. Salah satu komplikasi umum dari diabetes adalah neuropati diabetik, yang merupakan gangguan saraf yang sering terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Menurut sumber dari Imaware, neuropati diabetik dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur suhu dengan baik, yang dapat menyebabkan sensasi panas berlebihan disertai dengan keringat.

Selain itu, dalam sumber tersebut menambahkan kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah yang menghambat aliran darah ke berbagai bagian tubuh. Akibatnya, pasokan darah ke kulit dan organ tubuh mungkin terganggu.

Jadi, tubuh menjadi panas saat terjadi komplikasi diabetes disebabkan oleh kombinasi dari gangguan regulasi suhu, masalah sirkulasi darah, peradangan, dan infeksi yang sering terjadi pada penderita diabetes. Jadi penting untuk mengelola diabetes dengan baik melalui pengontrolan kadar gula darah dan perawatan yang sesuai untuk mencegah atau mengatasi komplikasi ini.

 

4. Adanya Efek Samping dari Konsumsi Obat

Tubuh dapat mengalami peningkatan suhu akibat efek samping dari konsumsi obat-obatan karena interaksi kompleks antara zat-zat kimia dalam obat dengan sistem biokimia tubuh manusia. Sebagian besar obat, terutama yang memiliki sifat antiinflamasi atau antimikroba, bekerja dengan mengubah proses biokimia alami dalam tubuh. Sebagai contoh, obat-obatan antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin atau ibuprofen dapat menghambat aktivitas enzim prostaglandin. Hal ini menyebabkan serta mempengaruhi mekanisme termoregulasi tubuh.

Dilansir dari journal Pharmacologic Principles oleh  Bertram G. Katzung, ketika sistem prostaglandin terganggu, hal ini dapat memengaruhi pusat termoregulasi di otak. Akibatnya, tubuh dapat kehilangan kemampuannya untuk mengatur suhu normal dengan tepat, dan inilah yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh, atau demam. Selain itu, beberapa obat juga dapat meningkatkan aktivitas metabolisme atau mempengaruhi kelenjar keringat, yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh menjadi naik.

 

5. Usia Lanjut

Seperti yang diketahui, tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan panas sebagai bagian dari fungsi metabolisme. Namun, ketika seseorang menua, berbagai faktor fisik dan biologis dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Ditinjau Cleveland Clinic, Salah satu faktor utama adalah perubahan dalam sistem pengaturan suhu tubuh yang dikenal sebagai "termostat tubuh" atau hipotalamus. Hipotalamus mengatur suhu tubuh dengan mengatur keseimbangan antara produksi panas dan pelepasan panas. Seiring bertambahnya usia, efek hipotalamus mulai memudar yang mengakibatkan penurunan efisiensi dalam pengaturan suhu tubuh.

Pada usia lanjut, otot tubuh juga cenderung mengalami penurunan massa, yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas secara efektif. Penurunan massa otot ini dapat mengurangi produksi panas, sehingga tubuh perlu bekerja lebih keras untuk menjaga suhu tubuh dalam kisaran yang normal.

Selain itu, kondisi medis tertentu yang lebih sering terjadi pada usia lanjut, seperti diabetes atau penyakit jantung, dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur suhu dengan baik. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya masalah suhu tubuh, seperti hipotermia atau hipertermia.

 

6. Mengalami Perubahan Mental

Sistem saraf otonom memiliki dua cabang utama, yaitu simpatis dan parasimpatis. Ketika seseorang mengalami perubahan mental yang intens, sistem saraf simpatis akan lebih aktif. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh sebagai bagian dari respons tubuh terhadap situasi stres.

Sumber dari National Institute of Mental Health (NIMH), menyebutkan bahwa perubahan mental yang kuat seperti stres kronis atau gangguan kecemasan dapat memicu respons fisik seperti peningkatan suhu tubuh sebagai bagian dari respons tubuh terhadap stres. Sistem saraf dan hormonal berperan penting dalam menghubungkan perubahan mental dengan perubahan fisik seperti peningkatan suhu tubuh. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara pikiran dan tubuh dalam menghadapi perubahan mental yang kuat.

 

7. Kondisi Cuaca Yang Sedang Terik

Ketika terkena sinar matahari, kulit manusia menerima radiasi panas dari sinar inframerah yang diserap oleh tubuh. Selain itu, paparan sinar matahari juga dapat meningkatkan suhu kulit secara langsung. Ketika suhu tubuh meningkat, sistem termoregulasi tubuh mulai bekerja keras untuk menjaga suhu tubuh pada tingkat yang optimal, sekitar 37 derajat Celsius. 

Salah satu mekanisme yang terlibat adalah peningkatan aliran darah ke kulit, yang bertujuan untuk membantu dalam proses radiasi panas. Selain itu, tubuh juga mulai mengeluarkan keringat melalui kelenjar yang berfungsi mendinginkan permukaan kulit saat keringat menguap. Semua ini bekerja bersama untuk menjaga suhu tubuh agar tetap stabil dalam cuaca panas.

Perlunya Anda mengetahui Cara Mengatasi Badan Terasa Panas Tapi Tidak Demam, agar tidak terlalu parah nantinya.

Tulis Komentar

Login dahulu untuk membuat komentar

Komentar

Belum ada komentar